Kebanggaan seorang guru adalah ketika
siswa didiknya dapat mengerti apa yang disampaikan dan diajarkan oleh guru
selama proses pembelajaran. Pencapaian indikator melalui berbagai evaluasi
sebagai salah satu cara yang dilakukan guna mengetahui sampai sejauh mana
materi yang telah diberikan dapat diterima oleh siswa. Paradigma tersebut
berkembang mendominasi hampir di seluruh proses pembelajaran yang ada di
berbagai instansi pendididkan saat ini.
Guru hanya berorientasi pada pemberian materi
kepada siswa serta penguasaan siswa untuk dapat mengerti pelajaran tanpa ada
proses atau makna yang berarti selama proses pembelajaran. Timbal baliknya guru
hanya akan melihat dari satu aspek saja yaitu dengan melihat dan mengukur nilai
ulangan siswa. Proses tersebut terus berlangsung dan diterapkan tanpa
memperhatikan dampak yang terjadi pada siswa didik sebagai obyek pendididkan.
Proses yang hanya beroriantasi pada pencapaian nilai ulangan tanpa
memeperhatikan bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan bermakna bagi
siswa hanya akan menjadi beban dan cenderung membosankan untuk siswa didik
tersebut.
Pembelajaran model konvensional yang masih sering diterapkan
menjadikan proses pembelajaran hanya sebatas rekaman memoritas hafalan
informasi dari guru kepada siswa tanpa ada konstrukivitas yang diserap oleh
siswa akan makna yang terkandung dalam materi pepmbelajaran. Dampak lembih
lanjutnya adalah menjadikan siswa tersebut tidak benar-benar belajar dan
memahami tetapi hanya tau dan menghafal. Bahan yang disampaikan oleh guru tidak
dapat diaplikasikan dan menjadikan siswa didik tidak dapat belajar menjadi
lebih baik. Hakikat pendidikan akan hilang jika yang terjadi hanya transfer
informasi tanpa ada proses memnididik siswa untuk mengerti, paham dan dapat
belajar dari pengalaman untuk mengaktulisasi seluruh potensi diri secara bebas
dan terarah.
Inovasi yang coba diterapkan untuk mendapatkan proses belajar
menyenangkan dan bermakna adalah menggabungkan model pembelajaran berbasis
cooperative learning dengan media pembelajaran modul yang bersifat inkuri
terbimbing. Berbagai strategi pembelajaran sudah banyak berkembang saat ini
guna menunjang proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa
didik sehingga belajar bukan lagi menjadi beban dan membosankan. Salah satu
inovasi yang dicoba dikembangkan adalah melalui inovasi dalam membuat
media-media pembelajaran interaktif. Modul atau buku pegenggan adalah salah
satu contoh media pembelajaran yang banyak digunakan di kelas-kelas untuk
mempermudah guru menjelaskan materi secara konseptual dan terorganisir.
Buku pegangan atau modul dapat digunakan sebagai
media yang mempermudah siswa dalam menyerap pelajaran yang disapaikan sekaligus
sebagai media untuk merenkonstruksi semua hasil belajar secara tertulis. Model
inkuiri yang dipilih dapat diterapkan dalam menyusun model modul yang sesuai,
yaitu modul yang berbasis inkuiri. Modul berbasis inkuiri tersebut sangat
menunjang proses pembelajaran cooperative learning sebab di dalam modul
pembelajaran inkuiri tersebut menuntut keaktifan siswa dalam bekerja kelompok
sekaligus mandiri.
Pengembangan dan bagaimana peranan modul berbasis
inkuiri tersebut akan lebih dijelaskan dan diuraikan pada pembahasan dalam
artikel ini. Dalam pembahasan tersebut akan diuraikan tentang pentingnya sebuah
media pembelajaran dan peran dari modul atau buku pegangan berbasis inkuiri
mempermudah proses pembelajaran kimia sesuai model pembelajaran PAIKEM.
Dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
berkualitas guna mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan metode dan berbagai
inovasi dalam membuat strategi pembelajaran yang tepat. Seperti yang telah
dijabarkan dalam pendahuluan di atas salah satu inovasi yang terus berkembang
adalah inovasi membuat berbagai media pembelajaran yang efektif dan efisien
guna mempermudah proses pemnyampaian materi kepada siswa didik.
Media pembelajaran berupa modul atau buku pegangan
saat ini banyak berkembang dan dijadikan sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan
untuk membantu siswa memahami pelajaran secara singkat, ringkas namun
terkonsep. Berikut akan diuraikan mengebai inovasi media pembelajaran modul
berbasis inkuiri dalam startegi pembelajaran cooperative learning
Peran media pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses interaktif
yang aktif antar semua komponen di dalam kelas. Komunikasi menjadi kunci dari
berhasilnya proses belajar mengajar penyampaian materi dari guru untuk sampai
secara utuh kepada siswa sebagai objek belajar. Sesuai perkembangan berbagai
konsep teori belajar saat ini, komunikasi yang terjalin dalam proses
pembelajaran haruslah berjalan timbale balik. Guru harus dapat memperoleh
respon dari siswa terhadap apa yang disampaikan atau ditugaskan. Siswa bukan
lagi objek pasif yang hanya menerima begitu saja segala informasi yang
disampaikan guru di kelas. Agar terjalin komunikasi yang baik dan menunjang
proses belajar mengajar diperlukan alat untuk mempermudah penyampaian materi
sekaligus sebagai bentuk inovasi agar proses belajar tidak berjalan
membosankan.
Media merupakan salah satu alat atau komponen
komunikasi yang berfungsi menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan
(Criticos dalam Daryanto, 2010:4). Berdasarkan penjelasan tentang media, maka
dalam menunjang terjalinya komunikasi yang baik diperlukan sebuah media yang
tepat sehingga dapat mengakomodasi proses yang berjalan. Proses pembelajaran
dapat diartikan sebagai proses komunikasi terstruktur dan terbimbing guna
mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Komunikasi dalam pembelajaran
tersebut tidak dipungkiri juga memerlukan media untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam
proses pembelajaran. proses komunikasi yang terjalin antar guru dan siswa akan
menimbulkan encoding dan dekoning. Encoding merupakan proses penyampaian
informasi melalui symbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun non verbal
sedangkan decoding adalah penafsiran dan penagkapan maksud dari informasi yang
disampaikan oleh komunikator (Daryanto, 2010:5).
Terkadang dalam proses pembelajaran, terjadi
kegagalan dalam decoding oleh siswa dikarenakan berbagai hal, sehingga
informasi atau pesan gagal diterima dengan baik oleh siswa. Untuk meminimalkan
kegagalan decoding diperlukan media yang informative dan dapat mewakili secara
konkrit pesan yang disampaikan. Media pembelajaran akhirnya menjadi alat
pendukung yang sangat baik dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi miss
konsepsi sekaligus menjadikan proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Macam dan jenis dari media pembelajaran sendiri
jumlahnya sangat banyak dan bervariasi serta. Pemilihan media yang tepat harus
disesuaikan dengan materi dan keadaan kelas serta lingkungan belajar. Tidak
semua media dapat digunakan di semua tempat untuk semua materi. Sebagai seorang
pengajar dan pendidik, guru harus dapat memilih media pembelajaran apasajakah
yang harus digunakan guna menunjang proses pembelajaran yang berkualitas.
Buku peganggan (modul) sebagai media pembelajaran
inetraktive
Buku pegangan atau modul merupakan salah satu
contoh media pembelajaran yang berbentuk media cetak. Modul juga sering disebut
sebagai media pengajaran berprogram sebab satu modul dalam satu materi tertentu
terdapat berbagai macam program pembelajaran yang meliputi pretest, materi,
langkah diskusi, langkah percobaan sampai soal-soal ulangan. Bentuk modul atau
buku pegangan hampir sama dengan buku cetak tetapi dikemas lebih ringkas dan
ringan hanya memuat konsep-konsep penting materi pelajaran, tidak sedetail buku
paket pelajaran.
Modul adalah satuan program pembelajaran yang
terkecil, yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan (self
instructional) setelah siswa didik menyelesaikan satu satuan dalam modul,
selanjutnya siswa tersebut dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul
berikutnya. Pembelajaran dengan menggunakan modul, merupakan strategi tertentu
dalam menyelenggarakan pembelajaran individual. Modul pembelajaran, sebagaimana
yang dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran
(learning materials) yang memuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran,
lembaran petunjuk guru yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan
bacaan bagi siswa didik, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas kerja siswa,
dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Modul atau buku pegangan sebagai media pembelajaran
berbentuk cetak bertujuan untuk mempermudah siswa untuk mengerti materi
pelajaran. Bentuk modul sebagai media cetak terlihat kurang dapat bersifat
interaktif dan komunikatif jika dibandingkan dengan media pembelajaran seperti
media berbasis ICT. Media modul atau buku pegangan juga cenderung dinilai
terlalu ringkas sehingga pengetahuan siswa menjadi terbatas. Berbagai pandangan
tersebut sebenarnya dapat diatasi jika guru yang membuat dan merancang sendiri
modul pembelajaran dapat menguasai dengan baik bagaimana membuat modul
pembelajaran yang tepat.
Permasalahan
seperti yang kita ketahui salah satu inovasi dalam pembelajaran kimia adalah media pembelajaran kimia yang dapat menunjang proses pembelajaran kimia. lalu menurut teman-teman, bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran kimia disekolah-sekolah?